Jumat, 24 September 2010

kafi

JIWA TENANG KETIKA PERJALANAN BEGITU SUKAR

Keteguhan orang – orang shalih adalah buah dari keyakinan kuat, yang kemudian melahirkan inspirasi yang jernih dalam memandang berbagai masalah. Mereka selalu menggantungkan dan menyandarkan semua isi hidupnya kepada pengetahuan Allah Swt. Hal ini yang menyebabkan mereka pantang patah semangat, pantang putus asa menghadapi ketentuan Allah Swt. Setiap problematika dalam kehidupan mereka, tidak dijadikan sebagai beban yang menggelayut hingga menahan gerak langkahnya untuk beramal demi kehidupan akhiratnya. Keimanan yang benar menjadikan perjalanan hidup umpama sebuah kisah cinta , kesetiaan dan pengorbanan menukar ujian pahit menjadi satu kenangan manis, kesabaran menjadikan segala beban yang ditanggung menjadi ringan dan mudah, keyakinan pada panji-panji Allah menjadikan jiwa tenang ketika perjalanan begitu sukar, kerinduan padaNya menjadi pembakar semangat setiap kali berhadapan dengan kegagalan dan ujian berat…Orang – orang shalih yakin bahwasanya Tuhannya tidak akan memberikan suatu beban yang sangat berat dalam hidupnya di luar batas kemampuannya. Ujian hidup yang selalu di hadapinya dalam kehidupan sehari – hari, dijadikan sebagai wujud kasih sayang Rabbnya kepada orang yang di uji.

Semuanya akan terasa indah jika dalam setiap langkah kita bersama Allah. Kejernihan pikiran dan jiwa dalam memandang seonggok permasalahan yang pelik sangat penting Sebab kejernihan jiwa dan pikiran akan melahirkan sabar dan syukur dan diri akan lekat dengan Mahabbah, Khauf dan Roja’ hanya kepada Robb yang berkuasa menguji dan memberi nikmat kepada hambaNYA. Inna ma’al ‘usri yusra, Seiring dengan kepahayan dan kesukaran itu juga terdapatnya kemudahan dan jalan keluar. Diri ini tidak sepatutnya buntu. Seolah, didepan diri hanya ada jalan mati. Kalau satu pintu penyelesaian untuk masalah tertutup, disana terbuka 99 pintu lainnya lagi. Diri tidak patut berputus asa. Sebanyak manapun kesulitan diri, sedalam manapun lautan dosa diri janganlah diri berputus asa dari rahmat Allah.

Dahulu, kala ada seorang Syaikh bernama Abu Muhammadi bin Ubay Bin Zaid. Ia orang berilmu dan memiliki kedudukan terpandang karena ilmunya. Ia memiliki istri yang buruk sikapnya, ia kerap melalaikan hak – hak suami dan juga menyakiti dengan lisannya. Ketika ditanya hal itu ia mengatakan.” Saya telah diberi kesempurnaanAllah melalui nikmat kesehatan badan dan di beri kekuasaan ilmu pengetahuan. Mungkin keadaan istri saya seperti itu adalah hukuman atas dosa – dosa yang saya lakukan. Karena itu, aku takut jika menceraikannya, Allah akan memberikan hukuman yang lebih berat dari apa yang aku alami dari sikap isteriku ini. Sungguh amat mulia sikap Syekh itu berhati – hati dalam mengambil sebuah keputusan, karena setiap keputusan diselesaikan dengan Rabbnya yang mengatur kehidupan ini.

Dalam kerangka itu pula Rosulullah saw mengajarkan kepada para sahabatnya untuk selalu melakukan sholat istikharah . Bahkan dalam sebuah hadist shahih disebutkan, intensitas Rosulullah saw mengajarkan istikharah itu sebagaimana mengajarkan surat Al-fatihah kepada para sahabatnya.

Perhatikanlah isi do’a yang diajarkan oleh Rosulullah saw setelah sholat istikharoh.”…..Bila ini baik bagiku bagi agamaku, kehidupanku dan akibat masalahku, maka tetapkanlah hal itu untukku dan mudahkanlah bagiku kemudian limpahkalah keberkahan kepadaku didalamnya.” Dengan redaksi lain, potongan do’a itu adalah,”…..jika masalah yang kuinginkan sesuai dengan akalku yang lemah dan ilmuku yang terbatas itu baik bagiku, maka tetapkanlah hal itu padaku dan takdirkanlah hal itu dengan penuh limpahan berkah terhadap pilihanku itu. Lalu mudahkanlah dan jangan sulitkan aku memperolehnya. kemudian berkahilah akibatnya, hal itu tidak mendatangkan apapun kecuali kebaikan.

Muslim yang benar adalah yang menjadikan kehidupan untuk agamanya menjadi prioritas diatas segalanya. Hal itu dapat menguatkan imannya dan sekaligus dapat meningkatkan amal kebaikannya. Karena segala tindakan selalu di ambil konsekuensinya yang paling berat. Isi do’a istikharah tersebut mengajarkan keistimewaan seorang muslim dengan pandangan yang jauh dan wawasan yang luas. Ia tidak memikirkan sesuatu yang berjangka pendek saja. Ia akan memandang jauh kedepan. Berapa banyak masalah yang di timbang baik pada saat ini tapi ternyata buruk masa depan??. Nah , kalau masalah yang diinginkan itu sudah baik sesuai dengan timbangan tiga tersebut ; agama, dunia dan akibat semua itu, maka itu pasti pilihan yang baik. Kebalikannya, jika masalah tidak sesuai dengan timbangan tersebut, maka itulah keburukan.

Ibnu qoyyim al- jauziah dalam kitabnya Al- Fawaid berkata:” Harga dunia tidaklah sepadan dengan perjuanganmu untuk mendapatkannya, tapi mengapa engkau tetap mengejarnya?”. Berapa banyak manusia selalu mengejar keinginan hawa nafsunya dengan tanpa memikirkan konsekuensinya. Sayid quthb dalam tafsirnnya mengatakan” setiap manusia dalam pengalamannya secara khusus, mampu mendapatkan banyak ketidaksukaan. Akan tetapi di belakangnya ia mendapat kebaikan yang melimpah dan kelezatan yang banyak. Berapa banyak permintaan yang dipinta dengan sangat bahkan merasa sangat rugi bila sampai hilang kesempatan memperolehnya. Tapi diwaktu berikutnya saat permintaan itu tidak diperoleh, ternyata terbukti hal itu justru penyelamatan Allah dari berbagai keburukan. Berapa banyak ujian yan dirasakan seseorang hamper saja memutuskan harapannya, kemudian ia melihat ternyata ujian itulah yang dapat menumbuhkan kebaikan dari hidupnya.

Demikian pula seorang hamba yang menghendaki dunia, kemudian Allah Swt menghalanginya dari memperoleh hal itu karena kasih sayangnya. Bila bisa memahami segala sesuatu itu hanya berasal dari Allah, maka ia akan menyerahkan masalah itu kepada Allah. Tapi bila ia tidak memahami hal itu, ia akan menyesal dan marah. Dan ternyata rahasia itu baru terbukti setelahnya. Barulah ia tahu kebaikannya pada waktu itu.

Minta pertolonganlah kamu semua kepada Allah Swt dengan sholat dan sabar, karena sesungguhnya Allah Swt bersama orang – orang yang sabar.” Dan hanya kepada - Nyalah segala urusan kita kembalikan.

Saudaraku, meski dalam mengarungi bahtera kehidupan ini sempat aliran manik basah diperairan mata melaju dengan cepat dan semakin terisak…Tapi jadikan bulir bening itu sebuah tanda kesyukuran atas kasih sayang Allah yang Dia berikan lewat masalah dan ujian. Selama nafas ini masih berhembus lakukanlah yang terbaik untuk kehidupan ini. Ukirlah sebuah sejarah kehidupan indah yang bernafaskan keikhlasan, keimanan dan keistiqomahan. Karena diri tiada tahu corak masa depan, apakah ia merupakan kegemilangan dan kejayaan, ataupun kegagalan dan kenistaan. Apakah istiqomah dengan cahaya hidayah Allah yang selama ini berpendar dalam hati ini, atau malah bergelimang dengan maksiat dan permainan tipu daya syaitan?…kita semua tiada tahu. Dan hanya Allahlah Yang Maha Tahu.

Hidup telah difitrahkan oleh Allah sebagai medan perjuangan diantara yang haq dan yang bathil, antara yang benar dan salah. Sunatullah Dia menciptakan bila datangnya susah, pasti ada senangnya. Bila berhadapan dengan kesulitan, disana ada kemudahan. Apabila sakit, didalamnya terkandung sehat dan kesembuhan. Kadang-kadang diri tersilap dalam bertindak, terlanjur pula membuat dosa. Didalam rasa berdosa itulah adanya keampunan Allah, dengan diri bertaubat. Begitulah, didalam JalalNYA ada Jamal. Didalam JamalNYA ada Jalal.

Saudaraku…jika kita memandang sebuah problema hidup ini dengan pengetahuan Allah dan menyandarkannya hanya kepada Allah maka Allah akan menunjukan kemana hati ini akan berlabuh. Allah akan memahamkan jiwa, hati dan pikiran dengan kejernihan sabar dan syukur niscaya setiap detik hidup kita ini tak akan sia-sia. Sungguh, jangan mudah terbuai dengan keindahan dunia hingga terlupa tujuan hidup ini. Kobarkan keimanan dalam dirimu, sandarkanlah semuanya hanya kepada Allah semata agar Jiwa Tenang Ketika Perjalanan Begitu Sukar. Yakinlah ! Innallaha ma’ana (Allah bersama kita).

Waallahu A’lam Bisshowab.

Qum Faandzir wa Robbaka Fakabbir !

0 komentar:

Posting Komentar